PERGI KE JEPANG, WHAT?! (Part I : Gimana ngurusnya? ala Dummy Traveler)

Jadi, awal September 2017 kemarin ketika masih hangat-hangatnya suasana Idul Adha, saya mendapat notif email dari ISASC 2017. Penasaran, lha saya buka aja emailnya. Eh ternyata, email yang saya buka tadi merupakan pengumuman abstrak yang lolos untuk oral presentation di Osaka University (whaaat?!) 

Sedikit cyurhat, saya sebenarnya sudah coba masukin abstrak penelitian untuk publikasi maupun hanya oral presentation dimana-mana mulai dari yang gratis sampai yang bayar, mulai submit dari semester kinyis-kinyis hingga semester tua, alhamdulillah ada juga yang nyangkut!

Alhamdulillah 😌

Saya yang ketika itu masih di Bekasi langsung heboh dong, Bapak sama Ibu seketika merestui saya untuk pergi ke Jepang. Loh, ini mbayar dhewe lho Paak, Buuu ðŸ˜ą. Kata Ibu, "pergi aja dek ntar bawain KitKat yang buanyaakkk" terus Bapak ikut nimpali, "Bapak mau topi yang ada kuping-kuping nya buat musim dingin itu". Sementara saya yang pengalaman naik pesawat aja cuma Jakarta-Yogyakarta ditambah pula ada fobia ketinggian dan kecepatan tinggi langsung memotong angan-angan mereka dengan berkata
"Bu, Pak, aku takut naik pesawat. Nanti kalo aku kecelakaan gimana?"
Bapak dan Ibu langsung memotong cepat dengan berkata. "Ya nanti kamu bikin asuransi aja." Dasar.

My parents logic = Anak < KitKat + topi
Singkat cerita Bapak dan Ibu mengizinkan pergi dengan syarat harus ada yang nemenin. Baiklah, tanpa menunggu lama segera saya Whatsapp seorang teman sebut saja Mbak Maw dan Rimoz. Saya dan Mbak Maw sendiri sebenarnya belum berteman cukup lama, mungkin sekitar pertengahan tahun 2015, sementara Rimoz merupakan salah satu teman sependeritaan waktu kuliah yang abstraknya sama-sama lolos buat oral presentation. Mbak Maw serta-merta setuju saat saya tanyakan kesediaannya untuk nemenin dan Rimoz juga bilang kalau kita pergi bareng aja. Tapi ujung-ujungnya Rimoz memutuskan untuk naik maskapai lain dan menginap di penginapan yang berbeda pula. Yowes~

Beberapa hari setelah menerima pengumuman abstrak, saya pun langsung menuju Yogyakarta untuk menyiapkan segala sesuatu dan mengurus bantuan dana dari Universitas. Ternyata, mengurus segala sesuatu untuk pergi ke luar negeri ga semudah pesan tiket di Travel*** haha. Apalagi buat saya yang cuma punya pengalaman terbang Jakarta-Yogyakarta.

So, here's the list to prepare your depart based on my experience (not quite a good experience, tho😉)

1. Book your ticket and find your homestay A.S.A.P! 
Membuat visa memang memerlukan bukti tiket PP perjalanan serta alamat penginapan/tempat tinggal, jadi ada baiknya menyiapkan tiket terlebih dahulu. Sedikit tips, sebaiknya pesanlah tiket pesawat satu bulan sebelum keberangkatan untuk menghindari full booked dan ga bisa memilih kursi hehe. Untuk pesawat, setelah kepo-kepo di blog, Youtube dan berbagai situs perjalanan akhirnya saya menjatuhkan pilihan pada ANA (All Nippon Airways), ANA sendiri merupakan maskapai asli Jepang jadi semua awak kabinnya orang Jepang lho, review lengkap ANA tak buatin sendiri deh haha. Saya dapet harga tiket Jakarta-Osaka PP tanggal 19 dan 24 Oktober 2017 kelas ekonomi seharga IDR 5.450.000,- wiw mahal yah, but i prefer and trusted this airlines rather than other😉
 Saya pesan tiket pesawat melalui travel agent yang ternyata sama-sama masih kuliah hehe, dulu saya kira ini om-om tuti gitu padahal engga kok. Masnya ramah dan sabar ngeladenin mbak-mbak bawel macem saya heuheu. Recommended!
Barus Travel (082136222500)
Pesawat ANA (ana.co.jp)




Untuk penginapan, nah saya kan bingung mau pesan via apa dengan metode pembayaran yang seperti apa. Akhirnya, saya pilih aplikasi AirBnb untuk mencari penginapan, hal ini didasari rekomendasi teman-teman saya yang sudah pernah ke Jepang. Setelah diskusi dengan Mbak Maw dan browsing sana-sini akhirnya saya memilih penginapan milik Masashi-san. Untuk penginapan yang dipesan via AirBnb saya harus membayar sekitar IDR 870.000,- (kurang lebih, soalnya di kwitansi kursnya US dollar).
Penginapan ku~ seperti apartemen~  

Oiya, buat teman-teman yang punya rencana untuk booking penginapan via AirBnb bisa pakai link ini biar dapet potongan IDR 350.000,- lhoo 😄

2. Prepare your Passport and VISA (yes, you read it right VISA)
 Setelah tiket pesawat dan penginapan sudah ditangan, langkah selanjutnya adalah membuat paspor dan visa. Nani?! Buat paspor?? Yup, saya waktu itu belom punya paspor ehehe, sama hal nya dengan Mbak Maw serta Rimoz. Akhirnya, sekitar tanggal 18 September 2017 saya dan Mbak Maw berangkat ke Kantor Imigrasi Kelas I Surakarta, karena Kantor Imigrasi Yogyakarta antriannya sudah sampai Oktober 😓😓. Oiya, sedikit saran, kalo teman-teman punya waktu luang sebaiknya teman-teman bikin paspor saja untuk jaga-jaga. FYI, di era serba elektronik ini, Kantor Imigrasi juga mengeluarkan kebijakan baru yaitu, antrian online dengan menggunakan aplikasi. Paspor yang direkomendasikan oleh petugas imigrasi adalah paspor 24 halaman seharga IDR 355.000,- dengan proses pembuatan selama 5 hari kerja.

Setelah paspor ditangan, lanjut bikin visa.
Pembuatan visa Jepang kali ini membuat saya stress berat dan sampai jerit-jerit di depan Gelanggang UGM karena ga paham sama regulasinya. Waktu keberangkatan yang cukup mepet membuat saya tidak bisa mengurusnya langsung ke Kedubes Jepang di Jakarta. Sehingga saya menggunakan jasa travel (HIS Travel) seharga IDR 1.000.000,- haha nggilani tenan~. Aslinya, biaya jasa titip pembuatan visa Jepang oleh HIS travel adalah sekitar IDR 600-700 ribu namun berhubung saya mepet banget tanggal keberangkatannya jadi dimahalin ala last minute gitu, huh.
Saran saya, sebaiknya jangan buat visa mepet-mepet dan usahakan URUS SENDIRI pembuatan visa.

3. Rent a Pocket Wi-Fi and Exchange Money
[DISCLAIMER] Anyway, pemakaian internet di luar negeri pada dasarnya adalah bergantung pada naluri anda. Karena di Jepang sendiri menurut saya adalah salah satu negara yang cukup ramah wi-fi (di stasiun kereta, bandara, dan minimarket ada akses free wi-fi). Kalau saya mah wajib ada wi-fi buat browsing transportasi dan Gmaps, kemampuan spasial saya jelek buanget, lha KKN di Bantul aja nyasar-nyasar apalagi di Jepang. Jadi, monggo dipertimbangkan matang-matang sebelum berangkat.
Untuk urusan internet luar negeri, karena saya udah stress luar biasa dari proses pembuatan visa saya pun asal pilih jasa penyedia internet yaitu Passpod. Jadi, katanya Passpod ini tergolong provider baru nah mau dicari reviewnya pun sedikit banget (waktu itu), tapi sekarang kayaknya udah banyak termasuk saya haha. Jadi, biaya untuk sewa wifi Passpod selama 6 hari di Jepang adalah IDR 335.000,- (+ deposit IDR 500.000,-) udah termasuk ongkir ke Yogyakata (dari Jakarta) lho~
Abang kurir JnT yang tak suruh pose wkwk, maap bang~
Setelah mendapat pocket wi-fi 4G dari Passpod dengan kecepatan up to 4,5 mbps, bisa dipakai hingga 5 device dan kuota unlimited wow! sungguh membantu sekali selama di Jepang. Jadi bisa telepon Ibu dan Bapak via Whatsapp tanpa putus-putus, bahkan waktu agenda jalan-jalan syantiik di kawasan Minoh yang notabene daerah kaki gunung pun sinyal masih dapet cuy. Menurut saya, sewa Passpod untuk ke Jepang worth it bangettt.
Paket wi-fi Passpod komplit
Proses pengembalian pocket wi-fi Passpod juga terbilang cukup mudah, tinggal janjian dengan CS Bandara terus ketemuan dan balikin wi-fi beserta perangkat yang lain secara komplit (deposit akan ditransfer kembali setelah 3 hari). Jadi balik Yogyakarta udah ga bawa beban balikin wi-fi ke Jakarta hehe. Faktanya, selain pocket wi-fi teman-teman juga bisa membeli traveler sim card atau sewa wi-fi langsung di Jepang.
Next adalah tukar uang. Proses ini sebenarnya bisa dilakukan di bandara keberangkatan atau bandara tujuan, tapi bisa jadi nilai tukar nya rendah. Nah atas saran dari mbak sepupu saya yang pramugari, akhirnya saya menukar rupiah ke yen di Indonesia saja.
Hayo, yang mana bapak Soseki Natsume?
 Proses penukaran uang saya lakukan di Yogyakarta, tepatnya di PT. Barumun Abadi Raya (website) di Hotel Mutiara kawasan Malioboro. Kata teman, nilai tukar di Barumun bagus-bagus dan tanpa ada tambahan uang jasa (jadi cuma bayar untuk tukar uang gitu). Untuk mengetahui nilai tukar terbaru bisa kunjungi situs website nya diatas hehe, atau tanya langsung juga boleh~ pegawai disana juga ramah dan ga pelit informasi.

4. Pack your luggage, pray, eat and take a good rest.
 Ini adalah tahap terakhir setelah 3 tahap diatas sudah dijalani. Usahakan packing 3 hari sebelum keberangkatan supaya bisa memilah dan memilih barang apa aja yang akan dibawa. Jangan lupa untuk selalu check aplikasi AccuWeather untuk mengetahui kondisi cuaca disana. Menurut saya AccuWeather memiliki tingkat akurasi cuaca yang tinggi, jadi teman-teman bisa memperkirakan harus bawa baju yang seperti apa dan juga makanan apa. Jangan terlalu overload dalam packing supaya ga kena extra cash di pemeriksaan bagasi.

Bawaan segini aja tuh masih kurang rasanya hehe
Berhubung orangtua saya tinggal di Bekasi, sehari sebelum terbang ke Jepang saya memutuskan untuk bermalam di Bekasi sekalian minta sangu eh, sekalian pamitan biar lebih berkah. Dijadwal penerbangan tertera boarding maksimal 6.40 a.m. jadi usahakan kita datang ke bandara 3 jam sebelumnya ya~

Yas, selesai juga ngetiknya. Mohon maaf apabila ada salah dalam redaksi karena saya masih belajar nulis-nulis blog haha 😆 Akhir kata, selamat berlibur dan semoga bisa dilanjut ke part II.

ANA NH 872 Jakarta-Tokyo

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Review Flight All Nippon Airways (ANA) ala Dummy Traveler

Saat ku menyadari...